December? Remember?
By astridyp - December 01, 2013
Hello. Sudah desember lagi ya? Akhir tahun. Sudah
siap melepas segala ingatan ditahun ini? Aku belum.
Ternyata sudah lama ya. Setahun yang lalu dari Bulan
November. Setahun yang lalu dari Bulan Desember. Sudahkah kau berlalu dari semua
pikiranku? Sudahkah kau relakan waktumu untuk tetap pergi dan tidak kembali?
Sampai saat ini aku tidak paham dengan maksud dari semua drama ini. Kepergian
itu identik dengan sesuatu yanag seharusnya tidak kembali. Lalu apa yang bisa
kamu jelaskan saat kamu pergi lalu kembali lagi?
Bukankah kembali itu menguras banyak emosi? Apa kamu tidak lelah jika setiap ingatan itu mulai datang lagi? Ingatan yang tadinya hanya kamu yang rasakan sendiri. Ingatan yang tadinya hanya aku yang rasakan sendiri. Ingatan yang tadinya tidak pernah bisa kita satukan. Iya, mungkin ini mulai ambigu. Kita skip saja.
Bukankah kembali itu menguras banyak emosi? Apa kamu tidak lelah jika setiap ingatan itu mulai datang lagi? Ingatan yang tadinya hanya kamu yang rasakan sendiri. Ingatan yang tadinya hanya aku yang rasakan sendiri. Ingatan yang tadinya tidak pernah bisa kita satukan. Iya, mungkin ini mulai ambigu. Kita skip saja.
Kenapa harus terkenang? Kenapa aku harus mengingat
semua ingatan kecil yang kadang tidak kamu ingat? Kenapa selalu aku yang
terlihat memperjuangkan?
Wanita kadang terlihat lebih memperjuangkan dari
pada laki-laki. Tetapi tidak semua yang terlihat memperjuangkan selalu berhasil
kan? Kadang kamu yang tidak terlihat
rela. Kadang aku yang tidak terlihat lemah. Kadang kamu dan aku pura-pura tidak
pernah terjadi apa-apa. Apakah harus ada noda yang kau ciptakan agar
semuanya terlihat bersih? Apakah harus ada luka agar semuanya kembali baik-baik
saja? Masih ingat? Luka tidak akan terlihat benar-benar baik saat sudah sembuh.
Jadi jelas kan? Atau masih pura-pura tidak mengerti.
Jadi sudah sampai dimana kita? Oh, masih terjebak
ternyata. Kapan kita akan mengakhiri semua perangkap ini? Aku dengan semua
teka-teki ini. Kamu dengan semua hal misteriusmu itu. Padahal kita sebenarnya
bisa sama-sama melupakan, jika kita bisa sama-sama melepaskan. Ah mungkin itu
terlihat konyol atau mustahil? Tidak diperjuangkan juga pada akhirnya cinta itu akan datang lagi. Kenangan itu selalu
masuk lagi pada pikiran ini. Lalu salah satu dari kita tidak bisa bertahan dan
akhirnya semua komunikasi itu terjadi lagi. Bisa dibilang ini siklus , siklus
yang tidak ada ujungnya. Sesuatu yang tidak berujung, tapi coba kita rasakan
lagi derungnya. Tolong, jangan salahkan aku jika waktu itu telah tiba.
Jangan salahkan cinta jika semuanya sudah memilih untuk pergi. Mungkin
semua cerita yang hanya berlabel sementara ini tidak akan hilang, jadi tolong
buat cerita ini segera berakhir? Kalau kamu masih tidak bisa, mungkin kamu bisa
berhenti dari semua hal yang semakin membuat ini tidak jelas. Kenapa sih? Apa
yang salah dari kekuatan masalalu? Sekali lagi itu tetap menjadi inti
dari semua permasalahan ini. Kamu tidak harus datang dan pergi. Kamu
tidak harus menjadi seseorang yang berpura-pura untuk tidak mengetahui apa yang
aku rasakan. Kamu tidak harus memakai topeng untuk sama-sama melupakan.
Ah! Kamu. Desember ini semoga benar-benar menjadi bulanmu. Aku tidak berdoa
agar kita bisa bersama. Aku hanya berdoa agar kamu bisa menjadi seseorang yang
lebih baik. Emm, dalam arti lebih baik mencintaiku atau mencintai orang lain?
Oke. Skip.
Bagaimanapun kekuatan kembali memang mempunyai magis
besar? Aku merasakannya, tapi sepertinya kamu pura-pura tidak merasakannya.
Lagi-lagi aku terpaksa merasakan napas berat itu
lagi. Berhasil sekali orang itu membuat ini semua tampak tidak berlebihan.
Semua berbalik. Kamu terlihat lebih memperjuangkan. Lalu bagaimana denganku? Aku sudah pernah berada di dalam titik jenuh
yang terlalu lama. Sampai aku lupa caranya membuat semua pesan-pesanmu itu
berkesan. Titik jenuh itu kadang juga pernah bosan. Hanya karena hal kecil,
aku pernah rela menghapus semua titik jenuh itu. Hanya karena hal kecil, aku
pernah merasakan bagaimana bersalah berlebihan. Dan hanya karena hal kecil,
iya, kamu berhasil kembali lagi.
Apa yang harus disalahkan dari kekuatan kembali?
Takdir? Tidak, ini semua hanyalah sesuatu yang sebenarnya tidak pernah datang
ataupun kembali.
Bukan, Desember kali ini mungkin lebih berbeda. Tinggal
bagaimana pribadi masing-masing menyikapinya. Akan tetapi tiba-tiba saja aku
tahu betapa indahnya sebuah kenangan. Saat seseorang berhasil membuat kita
ingat akan sesuatu. Saat kita berhasil
membuat semua kenangan itu tampak nyata lagi. Walau pada akhirnya diantara
aku dan kamu pasti akan bingung lagi.
Kuterka lagi, kusimpulkan lagi. Ternyata semua ini
salah lagi.
Haruskah kita sama-sama tidak peduli? Bagaimana jika
nanti aku dan kamu akan tetap seperti ini? Padahal semua yang ada sekarang
tidak akan abadi dan tidak akan terteka kapan muaranya. Kapan semua siklus ini
akan basi? Aku sudah lupa cara menyudahi sesuatu yang dulunya pernah tidak ada.
Sengaja atau tidak, iya atau bukan , sepertinya aku terpaksa tidak peduli.
Kekuatan apa yang akan kau buat luluh lagi dibulan Desember ini? Magis apa yang
akan membuatku sanggup untuk menoleh
kebelakang? Sudah yuk skip lagi.
Ini mungkin masalah jenuh. Bukankah sebuah rasa
akan ada saatnya berada di sebuah bidang
datar? Biasa saja? Bahkan mungkin akan hilang. Iya, itu.
Sepotong senja dan perpaduannya. Kamu tidak akan mengerti betapa dulu rindu
itu begitu menyiksa saat kita sama-sama tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk
berlabuh. Dari kesekian memori yang
sengaja datang dan pergi, kenangan yang tidak bisa dihapus adalah saat semuanya
sudah jenuh. Saat kita berhasil melihat siapa yang tidak bisa berlahan dalam
setiap bagiannya. Lalu pada akhirnya ada hal yang sengaja kita ingat.
Tentang hari dimana kita tidak menharapkannya. Bisu yang sudah tidak bisa
tertahan lagi. Kemudian kalimat-kalimat itu meletup seiring waktu. Melebur
kembali dan hilang. Jadi kesimpulannya, kita nikmati saja semua ini. Tarik ulur
antara sesuatu yang pergi lalu pada akhirnya kembali lagi. Sesuatu yang tidak
bisa di buat wajar saat aku atau kamu harus diam dan tidak bisa berkata apa-apa
lagi. Dan pada akhirnya kita tahu, bukan pikiran atau waktu yang menentukan
semua ini, tetapi cinta yang memilih dan cinta yang membuat semuanya ada.
Kalau mungkin masih belum bisa mencintai? Mungkin semua ini hanya rasa yang
kurang saat kebiasaan itu mulai hilang jika salah satu dari kita pergi. Mungkin.
December? Remember? Don’t you remember when I let
you go? See? Now?
Selamat datang
Desember. Aku menunggu bulan ini. Kamu mungkin juga sedang menunggu bulan ini.
Di usiamu itu aku hanya bisa berharap bahwa cinta tidak akan pernah sama jika
kita pupuk dengan rasa jenuh dan saling tidak menahui. Sesuatu itu sudah lebur
dan eksplosif itu semakin menjadi. Aku tidak tahu harus bagaimana saat semua
itu kembali. Satu persatu kenangan itu menampakkan lagi bayangannya.
Seolah-olah cerita ini tidak ingin berhenti. Iya. Tapi
ini cukup. Cukup aku yang rasakan. Egois bukan?
Selamat datang Desember. Semoga menjadi bulanmu!
astridyp
December? Remember?
Reviewed by Useron 1 Desember 2013
Rating:
Reviewed by Useron 1 Desember 2013
Rating:

0 comments