Selamat Datang Lagi, Masa Lalu
By astridyp - September 23, 2013
Dan kamu tidak akan pernah tahu kapan masalalu itu akan datang lagi.
Kamu berhasil membuat aku diam lagi. Bukan karena kamu datang dalam bentuk nyata. Semua ini fana. Tempat ini,. Setiap sudut yang berhasil aku lukiskan tentang situasi satu tahun yang lalu. Riuh-riuh orang yang berhasil kita acuhkan. Dua pasang mata yang tidak lagi dipertemukan hari ini. Kau ingat? Barisan kursi berwarna merah itu? Sebuah pesan yang tidak akan pernah sanggup kamu ambil isinya. Sejak saat itu aku merasa janggal, lidahku kelu, otakku tak dapat berpikir dengan logika, seluruh peredaran darahku mulai menguat, detak jantungku yang sudah tidak bisa diatur lagi notasinya dan senyum simpulku yang sudah tak bisa aku tahan lagi. Ribuan orang yang kebetulan berada di tempat itu tidak memperdulikan kita. Aku berbicara seperlunya, begitu pula kamu. Suara riuh dan sorak itu menjadi satu hal yang aku ingat malam itu. Balutan jaket berwarna hitam, kaos putih dan celana jins warna hitam. Kamu memang berhasil membuat seorang wanita yang ada didekatmu mati pasih. Kamu adalah seseorang yang tak pernah berhasil aku sentuh hatinya. Dan alasan itu? Entah.
Semenjak kejadian itu, aku tahu kedekatan ini akan berlanjut. Kita? Aku tidak tahu posisimu, begitu pula kamu tidak tahu apa yang sedang aku jalani saat ini. Pesan-pesan singkat yang semakin membuat getaran itu ada. Saat semuanya mulai memunculkan sebuah titik yang entah darimana. Aku tahu barisan ego yang mulai mengusik itu tidak akan pernah menyatukan kita. Sesuatu yang tadinya tak ada mulai membaur dan menyatu lagi. Rasa itu menyusup pelan. Sesak dan sakit aku rasakan sendiri. Seseorang yang tidak pernah aku inginkan keberadaannya memang cambuk besar yang masih mengais-ngais batinku. Seperti itukah rasanya? Saat aku tidak berhasil memberikan seutuhnya rasa itu? Dan pada akhirnya aku tahui semua. Semua yang membuat ego ku berhenti. Cerita ini bukan tentang milikku saja, ada beberapa orang yang harus terlibat tanpa sengaja. Aku, kamu dan mereka yang tidak sengaja melihat keberadaan kita.
Sejak kamu datang dan memulai semuanya. Aku tahu ini adalah cerita yang salah.
Gambar yang kamu kirim pertama kali adalah pesan pertama dari seseorang yang dulunya hanya kutahui namanya. Lewat pesan itu kamu bercerita banyak. Rangkaian kata yang membuatku tidak bisa berhenti membacanya berulang kali. Pesan yang kadang membutuhkan waktu lama untuk sebuah balasannya. Tetapi hanya dengan itu aku tahu betapa indahnya menunggu pesanmu.
Tempat ini bercerita lagi tanpa kamu.
Aku memasuki tempat ini lagi. Riuh-riuh itu aku dengar lagi. Dari beberapa deret warna kursi ini, mataku selalu berhenti pada barisan kursi warna merah itu. Kali ini aku harus menatap deretan kursi itu dari seberang. Semua yang ada disana tidak akan berhasil aku gambarkan lagi. Imajinasiku kadang berhenti ketika aku mulai mengingat kamu lagi.
Hari ini, belum tepat setahun setelah kejadian itu. Tetapi semua suasana yang ada ditempat ini adalah gambaran yang sama. Kamu ? Diseberang sana, bayangan itu datang lagi. Gambaran tubuhmu yang berjalan dari pintu masuk dan menghampiriku. Beberapa tatapan yang menyisihkan waktunya beberapa detik untuk melihat kejadian itu. Aku bergeser dan berusaha menahan semua yang ada di isi pikiranku. Sesekali kita membicarakan sesuatu seperlunya. Riuh itu memaksaku untuk mendekatkan bibirku ke telingamu saat berbicara. Begitu pula kamu yang harus menunduk dan mendekatkan bibirmu ke telingaku, berbisik.
Tempat ini bercerita lagi tanpa kamu. Seandainya ada kesempatan yang sama. Aku akan menceritakan semua. Tentang kursi-kursi yang mulai enggan melihat kita lagi. Cerita yang tadinya sulit untuk aku tuliskan. Semua kini berubah, aku yang harus mengenangnya lagi. Bukan kamu yang berusaha datang. Aku yang harus memulai semuanya dari sekarang, bukan kamu lagi.
Firasat itu datang dan kamu mengikutinya, menyapa lagi.
Pesan itu. Deretan angka yang pernah masuk dalam otakku. Tetapi kini terasa asing. Aku kira kejadian di tempat itu semakin tidak jelas karena adanya pesan ini. Entah siapa. Aku tak ingin tahui.
Sampai pada titik itu. Ternyata kamu. Kamu lagi. Mengusik segala rasa yang aku pikirkan tentang kejadian di tempat itu. Apakah kamu ingat? Aku belum bisa membuat kamu sepenuhnya ada. Jujur, aku rindu dengan masa-masa itu. Saat dimana aku tidak tahu bahwa kamu dekat denganku. Saat semua rasa itu belum ada. Dan saat semuanya baik-baik saja.
Firasat itu datang dan kamu mengikutinya, menyapa lagi. Apa kabar? Sudah hampir satu bulan kita tidak saling komunikasi. Rasanya seperti sedang menunggu bintang jatuh : tidak bisa ditebak kapan akan terjadi. Kalaupun pesan-pesan itu masih kau coba tahan dan hadirkan malam itu. Aku tahu alasan terbesarmu bukan aku, tetapi dia. Kamu merasakan sesuatu yang aku pikirkan? Tidak. Itu jawaban yang sudah pasti kamu lontarkan. Aku ingin riuh-riuh itu mengiringi kita lagi. Hujan yang menyapa kulitmu dan dingin yang menusuk itu harus menjadi saksi lagi. Kalau harus aku yang membuat semua ini ada, kamu harus berusaha mengizinkan ini terjadi.
Catatan dan segala kenangan itu masih tersimpan rapi. Hanya kamu yang tidak ingin tahui.
Catatan kecil di buku yang selalu aku bawa. Beberapa notes di handphone. Sketchbook yang turut ambil bagian dalam penulisan cerita ini. Semu? Iya, karena aku yang rasakan sendiri. Selamat datang lagi masalalu.
Kamu diperjuangkan, tetapi tidak mau memperjuangkan.
Kamu diperjuangkan, tetapi tidak berusaha tahu tentang apa yang sedang terjadi.
Kamu diperjuangkan, tetapi selalu keluar dari garis itu.
Kamu diperjuangkan, tetapi dingin dan tidak mau menoleh kebelakang : kepadaku.
Kamu diperjuangkan, tetapi mencoba pergi.
Kamu diperjuangkan, tetapi memulai dan mengakhiri semua tanpa permisi.
Kamu diperjuangkan, tetapi berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
Kamu diperjuangkan, iya kamu.
Untuk kamu, masalalu yang tidak pernah berhasil aku sentuh.
Kamu, aku perjuangkan untuk semu dan palsu ini.
Selamat datang lagi.
astridyp
Sastra
Reviewed by Useron 23 September 2013
Rating:
Reviewed by Useron 23 September 2013
Rating:
1 comments
wow bagus sekali curhatnya :3
ReplyDelete