Musik Kita Itu
By astridyp - January 08, 2018
Kumpulan suara
itu mulai menyeruak ke seluruh isi telingaku dan tiba-tiba aku merasakan
perasaan yang aneh, tubuhku bergetar, mulutku kaku membisu, mataku terasa
berair, dan aku merasa tuli seketika. Saat itu juga hatiku merasa nyaman,
jantungku berdetak teratur, dan pikiranku terasa lapang seketika. Musiklah yang
membuatku menjadi seperti itu, musiklah yang membawaku kesana, musiklah
cintaku, musiklah agama kedua ku.
Musik
memang sudah mulai menjadi makanan sehari-hari masyarakat masa kini, bahkan
banyak juga yang menganggap musik merupakan agama kedua mereka. Remaja masa
kini mulai melek akan dunia permusikan, baik mereka yang hanya penikmat musik
atau pendengar sampai mereka yang bisa bermain alat musik, baik mereka yang
suka musik Indonesia
sampai mereka yang suka musik mancanegara.
Pada
dasarnya hanya ada beberapa aliran musik yang lumrah di telinga masyarakat, seperti pop, jazz,
blues, rock, dll. Namun,
di era digital yang maju seperti sekarang ini, mulai banyak bermunculan aliran
musik baru.
Mulai dari yang mudah dicerna
oleh pendengar sampai yang susah atau ekstrim untuk dicerna oleh pendengar,
aliran itu lebih dikenal dengan indie. Musik
indie
merupakan sebutan untuk para pemusik yang belum mendpatkan label rekaman alias
masih merekam dan mempublish musik mereka dengan biaya sendiri tanpa bantuan
label rekaman. Para label rekaman, terutama di Indonesia, banyak yang lebih
memilih main aman atau dengan kata lain hanya mengambil pemusik yang alirannya
masih diterima dengan mudah oleh masyarakat luas dan kurang memperhatikan seni
dan makna atau pesan yang ingin disampaikan dari musik itu sendiri.
Industri
musik Indonesia saat ini darurat akan seni dan kualitas, para label rekaman
besar memonopoli musik Indonesia dengan musik-musik yang hampir dikatakan tidak
bermutu. Parahnya lagi mereka menggunakan pemusik, penyanyi atau band hanya
sebagai boneka untuk mencari pundi-pundi uang. Biasanya para pemusik, penyanyi
atau band diiming-imingi dengan popularitas dan ketenaran, padahal royalty yang
mereka terima dari label rekaman untuk satu buah kaset atau CD saja rata-rata
hanya 2-5 persen per kaset atau CD. Untungnya sekarang mulai banyak bermunculan
label rekaman indie, baik di Indonesia atau mancanegara, yang mana mereka mencari
musisi dengan aliran atau seni yang lebih berkualitas dari musik label rekaman
besar. Para remaja generasi 90an sekarang ini sudah mulai melek akan
musik-musik indie yang berkualitas dan mereka tidak hanya suka akan musik
indie, namun juga mulai mempromosikan musik indie ke kalangan-kalangan lain
yang masih buta akan musik indie.
Sebenarnya
indie atau bukan musik yang kita sukai bukan berearti itu menunjukan kadar
kualitas musik kita, karena pada dasarnya semua musik itu sama, yang membedakan
hanya nada dan irama, serta isi dan makna. Musik itu bukan tentang keharusan,
karena musik itu merupakan gambaran suasana hati. Setiap orang tidak harus
mendengarkan aliran musik yang sama secara terus menerus, melainkan setiap
orang harus membuka pendengarannya untk sesuatu yang baru. Musik itu pilihan
bukan paksaan, karena kapasitas pendengaran setiap orang berbeda dan setiap
orang berhak memilih musik apa yang ingin mereka dengarkan. Musik itu
menyatukan bukan meleburkan, bukalah telingamu dan mulai dengarkan apa yang
tidak pernah kamu dengarkan sebelumnya.
Tulisan oleh Haekal Muhammad.
Tulisan oleh Haekal Muhammad.

0 comments