Selain aku,
Katanya begitu
Selain aku ternyata ada aku yang lain,
Laut yang tahu, aku saja yang tak tahu
Pulau itu saja yang tahu indahnya, aku tidak
Memang takdir ini bukan aku saja yang harap
Lihat, aku menua, kamu menua
Hanya saja aku tetap,
Kamu yang tak tetap bentuknya
Ingat saja, malam menemui kita beberapa kali
Tiap kalimat memadu janji tanpa ikatan
Katanya, cukup satu tapi tak begitu
Tugasku hanya percaya, itu saja
Tetapi, patah telah melakukan tugasnya dengan baik
Luruh semua seperti dulu
Bedanya, aku tak ada di antara laut dan pulau
Bedanya, aku tak menggenggam siapa-siapa
Bedanya, aku tak pernah menengadahkan semu
Hanya saja kamu yang berada di antara laut dan pulau
Hanya saja kamu yang menggenggam siapa-siapa
Hanya saja kamu yang pernah menengadakan semu
Sungguh, selain aku ada "aku" yang lain
Berbeda, bukan aku
Mungkin lebih baik dan lebih sabar
Mungkin banyak kemungkinan yang lain
Entahlah, aku menanam tapi tak memetik buahnya
Bukan itu masalahnya,
Aku tak sudi menemui malam lagi
Tak cukup lagi waktuku
Kamu berhasil mengambil nyawaku
Nyawa yang dulu sering kubagi
Aku tidak paham tentang "aku" yang lain
Kamu bilang agama tak seperti itu
Kamu bilang waktu belum menyiapkan dirimu
Tetapi aku tak tega membicarakan agama
Takaranku bukan disitu,
Sudah aku jelaskan, tegasmu salah
Tetapi lebih banyak aku yang salah
Sudah aku jelaskan, cukup
Tetapi cukupku tak pernah cukup dimatamu
Aku tidak pernah, bahkan tidak akan tahu lagi
Bagaimana harus memulai lagi?
Bagaimana harus belajar lagi?
Pesanku, jikalau cukup aku saja
Jangan coba mengatasnamakan aku dengan "aku"
Bukankah cukup aku saja?
Tetapi ternyata sabarku tak ada artinya
Cukup jelas, tak ada tanya lagi
Aku bukan "aku" ternyata
Indah, sungguh memaniskan harap
Malam tak temui aku lagi, mungkin "aku" yang lain
astridyp
*Tidak ada yang pernah bilang bahwa kita akan mengabdikan diri pada masing-masing takdir. Tapi percayalah, salah bukan hanya milikku dan milikmu saja. Mungkin "aku" juga. :)